Rabu, 21 Maret 2018

Kepemimpinan Pendidikan




  1. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan mengarahkan orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.  Sedangkan pendidikan ialah suatu upaya untuk membantu peserta didik menemukan potensi dirinya, kemudian mengembangkan dan mengaktualisasikannya untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dan kelompok adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
  1. Konsep Dasar
1.      Fungsi Pemimpin Pendidikan
a)      Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan dan kerjasama dengan penuh rasa kebebasan.
b)      Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c)      Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
d)     Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok.
e)      Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
2.      Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
a)      Tipe Otoriter
Tipe ini disebut juga tipe kepemimpinan "authoritarian". Dalam tipe ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
b)      Tipe "Laissez-faire"
Tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya. Pemimpin tersebut membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Struktur organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pemimpin.
c)      Tipe Demokratis
Pemimpin yang bertipe demokratis ini menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah anggota kelompoknya. Dalam usahanya tindakan dan usaha seorang pemimpin tipe ini selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, serta mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.
d)     Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu atau manipulasi diplomatik. Pemimpin bertipe ini hanya tampaknya saja yang bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.
3.      Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Seorang pemimpin pendidikan harus memiliki syarat-syarat, yaitu: a). Rendah hati dan sederhana, b). Bersifat suka menolong, c). Sabar dan memiliki kestabilan emosi, d). Percaya kepada diri sendiri, e). Jujur, adil dan dapat dipercaya, f). Keahlian dalam jabatan.
4.      Keterampilan yang Harus dimiliki Pemimpin
a)      Keterampilan dalam memimpin
Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan dalam memimpin, sehingga pemimpin harus menguasai bagaimana caranya: menyusun rencana bersama; mengajak anggota berpartisipasi; memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk "morale" kelompok; bersama-sama membuat keputusan, menghindarkan "working on the group" dan "working for the group" serta mengembangkan "working within the group"; membagi dan menyerahkan tanggungjawab dan sebagainya.
b)      Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Dalam kehidupan ada dua macam hubungan, yaitu: hubungan fungsional atau hubungan formal, ialah hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan hubungan pribadi atau hubungan informal atau personal, yaitu hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaan. Akan tetapi, yang menjadi inti dalam hubungan ini ialah saling menghargai. Pemimpin harus menghargai anggotanya dan anggota juga harus menghargai pemimpinnya.
c)      Keterampilan dalam proses kelompok
Keterampilan dalam proses kelompok ini merupakan cara untuk meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggi-tingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Tujuan dari proses kelompok ini adalah hubungan insani dan tanggungjawab bersama.
d)     Keterampilan dalam administrasi personil
Kegiatan dalam administrasi personil ialah: seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan yang paling penting dari kegiatan tersebut adalah kegiatan seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada "the right man in the right place".
e)      Keterampilan dalam menilai
Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai. Teknik dan prosedur evaluasi ialah: menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian.
5.      Pendekatan tentang Teori Munculnya Pemimpin
·         Teori pertama, berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Dengan kata lain ia telah mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Teori ini disebut teori genetis.
·         Teori kedua, mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Teori ini disebut teori sosial.
·         Teori ketiga, adalah gabungan teori pertama dengan teori kedua, yaitu untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada lingkungan, waktu dan keadaan. Teori ini disebut teori ekologis.
·         Teori keempat, menurut teori ini setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi itu. Teori ini disebut teori situasi.
6.      Pendekatan dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan
Kazt mengemukakan tiga keterampilan/skills yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, yaitu:
·         Human Relation Skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan kooperatif.
·                  Technical Skill
Kemampuan menerapkan ilmunya ke dalam pelaksanaan (operasional). Memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada. Melaksanakan tindakan yang bersifat operasional. Memikirkan pemecahan masalah-masalah yang praktis.
·                  Conceptual Skill
Kemampuan di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang kemudian dapat merumuskannya. Keterampilan ini juga ada yang menyebut dengan managerial skill.
Macam-macam pendekatan dalam mempelajari kepemimpinan pendidikan, yaitu:
a)      Pendekatan Sifat (Traits Approach)
Pendekatan sifat didasari asumsi bahwa kondisi fisik dan karakteristik pribadi adalah penting bagi kesuksesan pemimpin. Sifat-sifat pokok itu adalah:
- Kondisi fisik: energik, tegap, kuat, dan lain-lain.
- Latar belakang sosial: berpendidikan dan berwawasan luas, serta berasal dari lingkungan sosial yang dinamis.
- Kepribadian: adaptif, agresif, emosi stabil, populer dan kooperatif, dan lain-lain.
b)      Pendekatan Keperilakuan (Behavioral Approach)
Pendekatan ini menitik beratkan pandangan pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu: fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan. Teori kepemimpinan yang termasuk dalam pendekatan perilaku, yaitu:
·         Studi Kepemimpinan Ohio State University
Berdasarkan kepemimpinan ini ada dua dimensi, yaitu "Initiating structure" (struktur tugas) dan "Consideration" (tenggang rasa). Dari hasil penelitian lebih lanjut dikemukakan bahwa keluhan yang timbul dari bawahan sangat sedikit bila pemimpin sekaligus berperilaku "struktur tugas" dan "tenggang rasa" dengan derajat yang sama-sama tinggi, dan sebaliknya.
·         Teori Kepemimpinan Managerial Grid
Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek utama, yaitu menekankan pada produksi (concern for production) dan menekankan pada hubungan antar individu (concern for people).
·         Model Getzels dan Guba
Berdasarkan model ini, terdapat dua kategori perilaku, yaitu perilaku kepemimpinan yang bergaya normatif dengan dimensi nomotetis dan perilaku kepemimpinan yang bergaya personal yang disebut dimensi idiografis.
c)      Pendekatan Kontingensi/situasi
·         Model Kepemimpinan Kontingensi
Menurut pendapat ini, ada tiga variabel yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan seseorang, yaitu: hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan kedudukan kekuasaan pemimpin.
·         Model Kepemimpinan Tiga Dimensi
Model ini dinamakan "Three dimensional model" karena dalam pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yang disebut gaya dasar, gaya efektif, dan gaya tidak efektif menjadi satu kesatuan.
·         Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada taraf kematangan pengikut dan kemampuan pemimpin untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia.
7. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik.
8. Model-model Kepemimpinan dalam Pendidikan, yaitu: a) Kepemimpinan Visioner; b) Konsep Visi; c) Teori Kepemimpinan Visioner. Sedangkan cara untuk menjadi pemimpin yang visioner, yaitu: 1) Memahami Konsep Visi; 2) Memahami Karakteristik dan Unsur Visi; 3) Memahami Tujuan Visi.
Langkah-langkah menjadi Visionary Leadership, yaitu: 1) Penciptaan Visi; 2) Perumusan Visi; 3) Transformasi Visi; dan 4) Implementasi Visi.
Ø  Menjadi Pemimpin yang Visioner dalam Menghasilkan Produktivitas Pendidikan, maka pendidikan harus dapat mengantisipasi berbagai tuntutan, yaitu:
·         Sekolah diharapkan dapat menyelenggarakan program yang lebih humanis.
·         Persaingan tenaga kerja yang mengglobal.
·         Pendidikan harus mampu menyiapkan hasil didik yang berkompeten
·         Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan program studi harus dapat menjaga keserasian antara program yang diselenggarakan dengan aspirasi masyarakat dan negara.
·         Penyelenggaraan pendidikan tinggi diharapkan mampu menampung politisasi pendidikan, kebutuhan belajar sepanjang hayat, internasionalisasi pendidikan tinggi dalam makna reconvergent phase of education.
Ø   Menurut Stephen R. Covey (1997: 27-37) kepemimpinan memiliki prinsip yaitu: (1) Selalu belajar (terus menerus); (2) Berorientasi pada pelayanan; (3) Memancarkan energi positif; (4) Mempercayai orang lain; (5) Hidup seimbang; (6) Melihat hidup sebagai petualangan; (7) Sinergistik; (8) Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tinggi.
Ø  Menurut Thomas (1972) ukuran produktivitas dari suatu lembaga ialah:
1.      The Administrator's Production Function, memfokuskan pada tatanan lembaga dalam mekanisme kepemimpinan dan manajemen yang memberikan perhatian kepada kepuasan pelanggan, terutama pada peran pemimpin satuan pendidikan dalam memberikan layanan terhadap pelanggan (customer).
2.      The Psychologist's Production Function, menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil belajar.
3.      The Economist's Production Function, adalah mengukur produktivitas dari benefit atau keuntungan yang diperoleh siswa setelah melakukan pengorbanan waktu, tenaga, uang, dan lainnya.
Ø  Kepemimpinan Transformasional
Seorang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional apabila mampu mengubah sumber-sumber daya baik manusia ataupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.
Ø  Definisi Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi.
Ø  Dimensi-dimensi Kepemimpinam Transformasional
Bass dan Avolio (1994) mengusulkan empat dimensi dalam kadar kepemimpinan seseorang dengan konsep "4I" yang artinya:
1.      "I" pertama adalah idealized influence, yang dijelaskan sebagai perilaku yang menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya diri dari orang-orang yang dipimpinnya.
2.      "I" kedua adalah inspirational motivation, yang tercermin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan dan makna atas pekerjaan orang-orang yang dipimpin.
3.      "I" ketiga adalah intellectual simulation, yaitu pemimpin yang mendemonstrasikan tipe kepemimpinan senantiasa menggali ide-ide baru dan solusi yang kreatif dari orang-orang yang dipimpinnya.
4.      "I" keempat adalah individualized consideration, yang direfleksikan oleh pemimpin yang selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan perhatian khusus kepada kebutuhan prestasi dan kebutuhan dari orang-orang yang dipimpinnya.
Ø  Perbandingan Kepemimpinan Transforming, Transformasional dan Transaksional
Perbedaan pandangan Burns dan Bass terdapat beberapa aspek, antara lain:
1.      Burns membatasi proses transformasi sebagai sesuatu yang menanamkan nilai-nilai moral yang positif dan dapat meningkatkan ordo kebutuhan bawahan. Sedangkan Bass, mengemukakan bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang mampu meningkatkan motivasi dan komitmen bawahan terhadap kelompok tanpa menghiraukan akibat negatifnya.
2.      Burns memandang kepemimpinan transformasional sebagai sesuatu yang bertolak belakang dan berdiri sendiri terlepas dari kepemimpinan transaksional. Sedangkan Bass, berpendapat bahwa secara konseptual dan empiris banyak pemimpin yang memperlihatkan kepemimpinan transformasional dan transaksional sekaligus, tetapi masing-masing dalam kadar tertentu.
Ø  Implementasi Kepemimpinan Transformasional dalam pendidikan
Menurut Olga Epitropika (2001: 1) enam hal pentingnya kepemimpinan transformasional bagi suatu organisasi, yaitu:
1.      Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi
2.      Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan
3.      Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi
4.      Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi
5.      Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin
6.      Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.
Ø   Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam organisasi/instansi pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dalam organisasi/instansi atau bahkan suatu negara.
2.      Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi/instansi tersebut.
3.      Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut.
4.      Karena sistem pendidikan merupakan suatu sub sistem maka harus memperhatikan sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem negara.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan. Masih harus belajar, hehe :)
semoga bermanfaat