LAPORAN MAGANG
KEPENDIDIKAN 1
DI
MAN 1 SRAGEN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen
Pengampu: Sudarno, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Noviana Dwi Saputri
Nim : K7616049
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
MEI
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang Kependidikan 1
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Penulisan Laporan Magang
Kependidikan 1 ini dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Sudarno, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah
Profesi Kependidikan.
2.
Ibu Titin Sumarni, S.Pd selaku guru model ekonomi MAN 1 Sragen yang telah bersedia menjadi guru
model dalam magang kependidikan 1 ini.
3.
Semua tenaga
kependidikan dan staff tata usaha MAN 1 Sragen
yang terlibat dalam proses pelaksanaan magang 1 ini.
Penulis menyadari dalam pembuatan Laporan Magang 1 ini masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis
menerima adanya saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, 27 Mei 2016
Penulis
.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Guru
merupakan sebuah profesi yang membutuhkan profesionalitas dalam pekerjaannya.
Guru harus mampu menguasai berbagai aspek kependidikan dan juga harus ahli
dalam memberikan materi kepada siswa. Guru juga harus memiliki sikap yang mampu
diteladani oleh setiap peserta didiknya. Calon guru pun diharapkan mampu
menjadi pendidik yang berkompeten agar generasi yang akan datang juga semakin
baik. Calon guru bisa mulai belajar menjadi seorang guru yang baik dengan cara mengamati
atau observasi terlebih dahulu. Hal ini dalam proses pendidikan guru disebut
magang.
Berdasarkan
Standard Operating Procedure (SOP) Magang Kependidikan Terpadu, magang
kependidikan 1 merupakan kegiatan akademik semester 2 mahasiswa S1 Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) yang pelaksanaannya
terintegrasi dengan mata kuliah Profesi Kependidikan berupa kegiatan
observasi/wawancara ke sekolah dan guru model untuk memahami kultur sekolah dan
empat kompetensi guru, meliputi: kompetensi kepribadian, sosial dan pedagogik
dalam rangka menumbuhkan minat menjadi guru dan sekaligus pembentukan
pengetahuan, keterampilanan sikap sebagai calon guru.
Magang kependidikan merupakan
kegiatan akademik yang tercantum dalam kurikulum semua program studi jenjang S1
yang ada di lingkungan FKIP UNS berupa kegiatan belajar sambil melakukan (learning by doing) dalam rangka
pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Magang
Kependidikan merupakan kegiatan yang memberikan
pengalaman awal (earlier exposure) untuk membangun jatidiri calon
pendidik, memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan bidang studi,
memantapkan kemampuan awal mahasiswa calon guru, mengembangkan perangkat
pembelajaran dan kecakapan pedagogis dalam membangun bidang keahlian calon
pendidik. Magang kependidikan merupakan kegiatan akademis dan praktis yang
lebih memfokuskan pada bidang manajerial dan pembelajaran di sekolah. Magang
Kependidikan juga bermanfaat untuk mahasiswa karena dengan ini mahasiswa dapat
mengamati bagaimana proses pembelajaran yang baik dan juga bisa menilai kinerja
dan profesionalisme guru.
B.
Tujuan
dan Manfaat
1. Tujuan
a) Menjelaskan
Aspek Kompetensi Kepribadian yang dimiliki guru ekonomi di MAN 1 Sragen.
b) Menjelaskan
Aspek Kompetensi Sosial yang dimiliki guru ekonomi di MAN 1 Sragen.
c) Menjelaskan
Aspek Kompetensi Pedagogik yang dimiliki guru ekonomi di MAN 1 Sragen.
d) Mendeskripsikan
Kultur Sekolah di MAN 1 Sragen.
e) Mendeskripsikan
Faktor Pendukung dan Penghambat di MAN 1 Sragen.
f) Mendeskripsikan
Hasil yang diperoleh dari observasi di MAN 1 Sragen.
2. Manfaat
a) Memberikan
pengetahuan tentang Aspek Kompetensi Kepribadian yang dimiliki guru ekonomi di
MAN 1 Sragen.
b) Memberikan
pengetahuan tentang Aspek Kompetensi Sosial yang dimiliki guru ekonomi di MAN 1
Sragen.
c) Memberikan
pengetahuan tentang Aspek Pedagogik yang dimiliki guru ekonomi di MAN 1 Sragen.
d) Memberikan
pengetahuan tentang Kultur Sekolah di MAN 1 Sragen.
e) Memberikan
pengetahuan tentang Faktor Pendukung dan meminimalisir Faktor Penghambat
f) Memberikan
Pengetahuan tentang Hasil yang diperoleh
C.
Tempat
dan Waktu
Tempat : MAN 1 Sragen
Waktu
Pelaksanaan :
No.
|
Hari/ Tanggal
|
Kegiatan
|
1.
|
Sabtu, 13 Mei
2017
|
Survei dan
lobi guru model
|
2.
|
Selasa, 16 Mei
2017
|
Memasukkan
surat izin kepada pihak sekolah
|
3.
|
Kamis, 18 Mei
2017
|
Melakukan
observasi dan wawancara
|
BAB
II
PELAKSANAAN
A.
Hasil
Setiap Aspek
Berdasarkan
observasi/pengamatan yang telah dilakukan di MAN 1 Sragen, diperoleh tiga aspek
dan kultur sekolah, yaitu:
1. Aspek
Kompetensi Kepribadian
Aspek kompetensi kepribadian ini
memiliki beberapa indikator, yaitu: berperilaku yang dapat diteladani peserta
didik; menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, wibawa; menunjukkan
tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi; bangga dan percaya diri sebagai
seorang pendidik; berperilaku jujur,
tegas, adil dan manusiawi; serta menerapkan kode etik profesi guru. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan, guru model mata pelajaran di MAN 1 Sragen menurut
saya sudah memiliki indikator-indikator tersebut, sehingga guru tersebut sudah
memiliki aspek kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian memiliki beberapa
sub indikator, yaitu:
a) Jujur
Kejujuran peserta didik dapat dilihat
dari perkataan yang diucapkan oleh peserta didik tersebut apakah sesuai dengan
tindakannya atau tidak. Apabila tindakan yang dilakukan peserta didik sesuai
dengan perkataan yang diucapkannya, maka bisa dikatakan peserta didik tersebut
mempunyai kejujuran yang baik. Misalnya, salah satu siswa ada yang terlambat
masuk kelas dengan alasan sepeda yang dikendarainya mengalami masalah di jalan.
Guru bisa mengamati siswa tersebut apakah benar bahwa siswa tersebut
mengendarai sepeda atau tidak setiap harinya. Apabila memang benar setiap hari
siswa tersebut mengendarai sepeda, kemungkinan siswa tersebut mempunyai sifat
jujur, namun apabila siswa tersebut tidak mengendarai sepeda setiap harinya,
bisa dikatakan siswa tersebut memiliki sifat yang tidak jujur. Guru bisa
mengamati tindakan-tindakan siswa tersebut setiap harinya. Tingkat kejujuran
peserta didik memang berbeda-beda, tergantung peserta didiknya. Hal ini bisa
diamati ketika guru tersebut mengadakan ulangan, guru tersebut bisa mengamati
gerak-gerik peserta didiknya. Apabila ada yang menengok kanan-kiri atau
berbisik-bisik, maka peserta didik tersebut perlu diingatkan. Hal ini dilakukan
guru untuk melatih kejujuran peserta didik.
b) Menarik
Cara guru model menarik perhatian
peserta didik agar tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran yaitu apabila telah
selesai memberikan materi, guru langsung memberikan latian soal. Latian soal
ini berguna untuk melatih kemampuan peserta didik apakah sudah memahami materi
yang disampaikan atau belum, selain itu agar peserta didik tidak bosan dengan
materi yang telah disampaikan guru. Model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru yaitu dengan diskusi, namun guru harus melihat konteksnya dulu. Apabila
materi yang dibahas layak untuk didiskusikan, maka guru akan membentuk kelompok
untuk berdiskusi. Model lain yang diterapkan adalah dengan ceramah. Ceramah
disini digunakan untuk materi-materi yang memang sulit, sehingga harus guru
yang menjelaskannya.
c) Empati
Cara yang dilakukan guru model untuk
menunjukkan sikap empati pada peserta didik yaitu dengan menceritakan
masalah-masalah kemiskinan di daerah-daerah tertentu. Hal ini akan memancing
siswa untuk memiliki rasa empati dan belas kasihan kepada orang lain, sedangkan
cara yang dilakukan guru untuk menanamkan sikap empati pada peserta didik yaitu
dengan mengajak peserta didik berbagi barang-barang bekas yang layak pakai
kepada orang-orang yang membutuhkan. Hal-hal semacam ini akan dikenang dan
dirasakan oleh peserta didik. Peserta didik pun akan merasa bersyukur dalam
hidupnya.
d) Kolaboratif
Berdasarkan hasil pengamatan, peserta
didik di MAN 1 Sragen mampu bekerja secara berkelompok. Peserta didik akan
berdiskusi apabila terdapat masalah dalam pembelajaran yang belum bisa
diselesaikan. Cara guru model menanamkan sikap kolaboratif pada peserta didik
yaitu dengan membuat kelompok diskusi untuk mengerjakan tugas kelompok. Peserta
didik akan bertukar pendapat dan hal ini akan melatih peserta didik untuk
bersikap kolaboratif.
e) Suka
menolong
Cara guru model menanamkan sikap suka
menolong pada peserta didik yaitu dengan menginstruksikan kepada siswa apabila
ada yang belum paham tentang materi pembelajaran ekonomi bisa bertanya kepada
temannya yang dirasa lebih paham. Cara ini akan melatih siswa untuk memberikan
bantuan atau pertolongan kepada siswa lain yang belum paham. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, peserta didik mampu menerapkan sikap suka menolong
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hal belajar dan mengerjakan PR.
2. Aspek
Kompetensi Sosial
Aspek kompetensi sosial ini memiliki
beberapa indikator, yaitu: sikap dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku;
menjalin hubungan baik dengan teman sejawat, peserta didik dan orang tua;
beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja; tidak bersikap diskriminatif
terhadap waga sekolah; komunikasi ilmiah secara santun, empatik, dan efektif;
bersikap inklusif dan objektif terhadap warga sekolah. Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, guru model pada MAN 1 Sragen sudah memiliki
indikator-indikator aspek tersebut, sehingga guru tersebut sudah berkompeten
dalam bidangnya. Aspek kompetensi sosial ini memiliki beberapa sub indikator,
yaitu:
a) Menjadi
Panutan
Peserta didik bisa menjadi panutan dalam
kehidupan sehari-hari karena mereka dianggap sebagai anak yang berpendidikan,
terlebih karena berasal dari Madrasah Aliyah Negeri sehingga peserta didik
dipandang berkompeten dalam hal beragama. Hal ini yang menjadikan panutan dalam
kehidupan sehari-hari. Cara guru model menanamkan sifat kepemimpinan bagi
peserta didik yaitu peserta didik harus bisa menjadi contoh bagi siswa lain,
baik dalam hal belajar, bertindak atau bersikap. Cara yang dilakukannya yaitu
menginstruksikan siswa maju ke depan misalnya untuk mengerjakan soal di depan
kelas.
b) Komunikatif
Berdasarkan pengamatan, peserta didik
komunikatif selama pembelajaran berlangsung. Siswa ada yang mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada guru tentang materi yang belum jelas. Peserta
didik juga mampu bersosialisasi dengan baik, mereka bekerja sama satu sama lain
untuk mengurus kelas dan dalam hal pembelajaran saling-tolong menolong apabila
ada siswa yang belum jelas tentang materi yang disampaikan guru.
c) Kooperatif
Berdasarkan pengamatan, peserta didik
kooperatif dalam hal pembelajaran. Peserta didik saling berinteraksi satu sama
lain. Proses pembelajaran berjalan dengan lancar karena peserta didik tidak membeda-bedakan antar siswa lain. Guru model juga tidak membedakan antara siswa
satu dengan siswa lain. Tingkat kooperatif peserta didik bisa dipandang pada
saat proses belajar mengajar berlangsung, dan tingkat kooperatifnya bisa
dikatakan baik. Siswa saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
3. Aspek
Pedagogik
Aspek pedagogik ini memiliki beberapa
indikator, yaitu: permasalahan peserta didik yang ditemui guru; upaya guru
dalam menangani peserta didik bermasalah; mengetahui bidang studi yang sesuai
dengan tingkat kebutuhan pedagogiknya; komitmen guru dalam mengembangkan
sekolah; memanfaatkan ICT dalam pembelajaran; memahami landasan kependidikan;
memahami perkembangan peserta didik. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, guru model MAN 1 Sragen sudah memiliki indikator-indikator tersebut,
sehingga guru model tersebut sudah berkompeten sesuai bidangnya. Aspek
kompetensi pedagogik ini memiliki beberapa sub indikator, yaitu:
a) Aspek
Potensi Peserta Didik
Potensi yang ingin dikembangkan oleh
sekolah dari setiap pesert didik dalam bidang ekonomi adalah menjadi anak yang
kreatif, artinya guru tidak menuntut siswa untuk menjadi pengusaha, melainkan
siswa juga diarahkan untuk berwirausaha. Cara pihak sekolah (dalam hal ini
ialah guru) mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya
adalah dengan mengamati beberapa siswa ada yang memiliki jiwa berwirausaha,
misalnya ada siswa yang membawa dagangan berupa nasi bungkus atau gorengan
untuk dijual kepada teman-temannya. Pengembangan potensi peserta didik yang
dilakukan pihak sekolah sudah lumayan baik. Sekolah tidak melarang anak
didiknya untuk berjualan, tetapi berjualan harus pada waktu istirahat.
b) Mandiri
dan Etos Kerja
Kemandirian peserta didik selama
mengikuti pembelajaran tergantung pada siswanya, ada siswa yang mandiri dan ada
pula siswa yang kurang mandiri. Hal ini bisa diamati dalam proses pembelajaran
bahwa siswa yang terlihat rajin akan lebih mandiri dalam hal belajar, misalnya
sebelum guru menjelaskan materi siswa tersebut sudah mempelajari materiyang
akan diajarkan terlebih dahulu. Berbeda dengan siswa yang kurang rajin, siswa
tersebut cenderung tidak belajar atau bahkan sama sekali tidak membaca materi.
Semangat belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran terlihat dari siswa
yang aktif dan siswa yang pasif. Siswa yang pandai dan tkurang pandai pun juga
berbeda semangat belajarnya. Peserta didik ada yang bisa menyelesaikan tugasnya
sendiri, namun ada juga yang membutuhkan bantuan orang lain atau siswa lain
untuk membantunya mengerjakan tugasnya.
c) Berpengaruh
Positif dan disegani
Dampak positif dari pembelajaran yang
didapat peserta didik ialah peserta akan memahami hal-hal positif di
lingkungannya. Peserta didik juga bisa mengajarkan ilmunya kepada temannya atau
orang lain yang mungkin belum paham. Hal ini berarti proses pembelajaran yang
diperoleh peserta didik menghasilkan dampak yang postif bagi dirinya dan
orang-orang disekitarnya. Peserta didik bisa menerapkan apa yang diperolehnya
dari pembelajaran misalnya pada saat jual beli peserta didik sudah mampu menghitung
secara cepat dan tepat.
4. Kultur
Sekolah
Kultur sekolah memiliki beberapa
indikator, yaitu: kedisiplinan warga sekolah; hubungan sosial antar warga
sekolah; hubungan antar sekolah dengan komite sekolah; hubungan antar warga
sekolah dan orang tua; sikap peserta didik terhadap warga sekolah; dan kegiatan
rutin warga sekolah. Berdasarkan pengamatan, guru model sudah memiliki
indikator tersebut, karena kultur atau budaya tersebut memang harus
dilaksanakan oleh setiap guru. Kultur sekolah ini memiliki beberapa sub bab,
yaitu:
a) Taat
Azas dan Disiplin Terhadap Aturan Sekolah yang Menaungi dan Menerapkan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Berdasarkan pengamatan, peserta didik
sudah menerapkan aturan dengan dengan baik misalnya berpakaian rapi dan sopan,
tetapi ada beberapa siswa yang terkadang melanggar. Peserta didik banyak yang
disiplin terhadap peraturan yang berlaku, akan tetapi masih ada beberapa yang
melanggar. Berdasarkan pengamatan, terdapat siswa yang memakai sepatu berwarna
putih pada saat pembelajaran, padahal seharusnya sesuai aturan yang berlaku
diharuskan memakai sepatu berwarna hitam. Sanksi yang diberlakukan bila peserta
didik tidak menaati aturan dan tidak disiplin ialah diberi teguran terlebih
dahulu oleh guru. Namun, apabila sudah sering melanggar maka dari pihak sekolah
akan diberi surat peringatan untuk orang tuanya.
b) Norma
Religius dan diteladani
Para siswa di MAN 1 Sragen melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya dengan baik, karena dari pihak sekolah juga
menerapkan prinsip-prinsip beragama. Terlihat dari jenis sekolahnya bahwa
Madrasah Aliya Negeri dikenal dengan ajaran agamanya yang baik. Penerapan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari juga dilakukan siswa. Salah satu siswa
yang telah diwawancarai mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-harinya siswa
tersebut selalu menerapkan aturan agamanya.
c) Norma
Hukum & Sosial, Rasa Bangga, Konsisten dengan Norma
Tata Tertib di MAN 1 Sragen antara lain:
a.
Setiap siswa
wajib menaati semua peraturan dan Tata Tertib sekolah yang berlaku.
b.
Setiap siswa
wajib menerapkan tata krama di manapun ia berada.
c.
Setiap siswa
wajib menghormati guru, karyawan dan menghargai sesama teman sekolah.
d.
Setiap siswa
wajib memiliki rasa kerukunan sehingga tercipta rasa kekeluargaan yang harmonis
dan mantap.
e.
Setiap siswa
wajib menjaga nama baik sekolah.
f.
Setiap siswa
wajib mengikuti upacara bendera di sekolah.
g.
Setiap siswa
wajib menjaga agar pelaksanaan upacara bendera di sekolah berlangsung tertib,
khidmat dan lancar.
h.
Siswa
dilarang merokok
i.
Siswa
dilarang keras membawa, membaca atau melihat buku bacaan porno, video kaset, film dan gambar porno.
j.
Siswa
dilarang keras berjudi, minum minuman keras, mengonsumsi narkoba dan melakukan
hal-hal yang melanggar norma susila dan norma agama.
k.
Siswa
dilarang keras membawa senjata tajam/api ke sekolah.
l.
Siswa
dilarang melakukan perkelahian atau pertengkaran dengan siapapun, baik didalam
maupun di luar sekolah.
m.
Siswa putra
dilarang mengenakan (cincin, tindik, tatto, gelang, kalung, anting dan
sejenisnya).
n.
Siswa putra
wajib berpotongan rambut dengan panjang maksimum 0,5 cm.
o.
Setiap
siswa/siswi dilarang mengenakan perhiasan dan bersolek berlebihan.
p.
Setiap siswa
dilarang membawa Hand Phone (HP), jika membawa HP wajib dititipkan sebelum
pelajaran pertama & diambil sesudah pulang sekolah di Ruang BK.
q.
Siswa dilarang menikah selama masih aktif menjadi
siswa.
Pelaksanaan tata tertib di MAN 1
Sragen berjalan cukup baik.Siswa patuh pada aturan tata tertib yang berlaku
tersebut. Namun, tetap saja ada beberapa siswa yang melanggar dan tidak
mematuhi tata tertib. Sanksi bagi siswa yang melanggar akan diproses oleh guru
BK, bahkan apabila siswa yang melanggar sudah terlalu sering akan diberi surat
peringatan untuk orang tua atau wali siswa. Orang tua akan dipanggil ke sekolah
dan diberi arahan.
d) Hubungan
Antar Warga Sekolah
Berdasarkan pengamatan, warga sekolah
memiliki hubungan sosial yang baik. Terlihat dari sikap sesama warga sekolah
yang saling menghormati dan menghargai, serta saling sapa disaat bertemu. Warga
sekolah juga memiliki sikap yang positif terhadap komite sekolah dan orang tua
murid dan lingkungan sekitarnya. Warga sekolah selalu bertegur sapa dan ramah
kepada siapa pun. Kegiatan rutin yang dilakukan warga sekolah adalah membaca al
quran setiap pagi hari minimal 10 menit. Guru pada jam pelajaran pertama
membimbing siswa di kelasnya untuk mengaji. Bukan hanya guru dan siswa saja,
melainkan semua warga sekolah.
B.
Faktor
Pendukung dan Penghambat
Faktor
pendukung:
1. Pihak
Tata Usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret melayani dengan baik dan cepat
dalam hal mengurus surat perizinan magang.
2. Pihak
MAN 1 Sragen sangat ramah dan terbuka sehingga memudahkan dalam melakukan
observasi.
3. Guru
model juga sangat baik dan ramah serta terbuka ketika diwawancarai.
Faktor
penghambat
1. Lokasi
MAN 1 Sragen yang lumayan jauh dari area kampus sehingga membutuhkan waktu
perjalanan yang lumayan lama.
2. Waktu
pelaksanaan observasi bertabrakan dengan jadwal kuliah, sehingga harus bisa
membagi waktu dengan baik agar tetap bisa mengikuti perkuliahan mata kuliah
lain.
C.
Hasil
yang Diperoleh
Bagi
Mahasiswa
1. Memperoleh
banyak informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menjadi seorang guru yang
profesional.
2. Memahami
tentang lingkungan kerja menjadi seorang guru yang akan dijalani dikemudian
hari.
3. Memahami
bahwa menjadi guru tidaklah mudah dan harus mempunyai kemampuan khusus dan
pengetahuan yang luas.
4. Memahami
arti pentingnya pendidikan untuk generasi yang akan datang.
5. Memahami
bahwa menumbuhkan karakter siswa tidaklah mudah dan membutuhkan kerja keras dan
metode tertentu.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Seorang
guru bisa dikatakan berkompeten dalam bidangnya apabila memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, serta hasil kerjanya yang baik. Berdasarkan hasil
observasi yang telah saya lakukan di MAN 1 Sragen, guru yang saya wawancara
merupakan guru yang sudah berkompeten dalam bidangnya, yaitu dalam bidang
ekonomi. Sikap dan perilaku beliau patut diteladani oleh murid bahkan rekan
kerjanya. Pengetahuan dan keterampilannya juga baik.
Oleh karena
itu, saya sebagai calon guru dapat mengambil informasi dari kegiatan Magang 1
ini, bahwa masih banyak ilmu, sikap, dan perilaku yang perlu dipelajari lagi
untuk dapat menjadi seorang guru yang profesial, sehingga bisa menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik. Seorang guru dalam menumbuhkan karakter untuk siswanya
pun tidaklah mudah, dibutuhkan kerja keras dan metode tertentu.
B.
Saran
Sebaiknya
semua guru harus bisa mengamati dan memperhatikan setiap peserta didiknya, baik
dari segi penampilan maupun kemampuannya dalam menerima dan memahami materi
yang disampaikan, karena tidak semua peserta didik mampu dengan cepat memahami
materi yang disampaikan oleh guru. Guru
juga harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para peserta didiknya. Hal ini
berarti guru harus memiliki sikap atau perilaku yang baik dan sopan agar bisa
menjadi contoh yang baik bagi peserta didiknya. Kita sebagai calon guru mulai
sekarang harus bisa belajar menjadi guru yang baik dan berkompeten untuk masa
depan karena menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah.
wkwk.. makasih pak uda berkunjung :)
BalasHapusBapak bisa bantu zc bikin laporan magang 1 fkip di smk ypk pengharapan kh
BalasHapus